STP (Standard Temperature and Pressure)
Kondisi STP adalah kondisi standar suatu gas, yaitu ketika suhunya sebesar 0°C atau 273 K dan tekanannya sebesar 1 atm. Dari sini, kita bisa mendapatkan persamaan gas ideal sebagai berikut:
Artinya, setiap satu mol gas ideal akan memiliki volume sebesar 22,4 liter. Perlu elo inget, kondisi STP ini hanya berlaku untuk gas ideal.
RTP (Room Temperature and Pressure)
Kondisi RTP adalah kondisi suatu gas dalam suhu ruangan ketika suhunya sebesar 25°C atau 298 K dan tekanannya sebesar 1 atm. Dari sini, kita bisa mendapatkan persamaan gas ideal sebagai berikut:
Artinya, setiap satu mol gas ideal akan memiliki volume sebesar 24,4 liter. Sama seperti kondisi STP, kondisi RTP ini hanya berlaku untuk gas ideal.
Revolusi Industri dan Munculnya Narkotika Modern
Revolution industri membawa dengan itu produksi massal dan distribusi obat-obatan sintetis baru seperti morfin, kokain, dan heroin. Obat-obatan ini awalnya dianggap sebagai obat mujarab untuk meredakan rasa sakit, tetapi kemudian digunakan secara tidak benar untuk tujuan rekreasi.
Jakarta, 10 Juli 2024
Kecanduan judi online membawa dampak signifikan terhadap kesehatan mental. Fenomena ini diklasifikasikan sebagai gangguan mental dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5) sebagai gangguan perjudian (gambling disorder).
Gangguan perjudian ditandai dengan pola perilaku perjudian yang berulang dan terjadi baik secara offline atau online melalui internet. Menurut DSM-5, kriteria diagnostik gangguan ini, di antaranya seseorang akan merasa gelisah dan mudah tersinggung saat mencoba mengurangi atau berhenti bermain judi.
Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional (PKJN) RS Marzoeki Mahdi, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ menyampaikan, gangguan perjudian adalah kondisi ketika perilaku judi sudah menjadi candu dan mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang.
“Gangguan perjudian dimasukkan dalam kategori yang sama dengan penggunaan zat. Hal ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan banyak kesamaan antara gangguan perjudian dan penggunaan zat,” ujar dr. Nova yang akrab disapa Noriyu di Jakarta, Selasa (9/7).
“Kecanduan judi pun bisa berdampak luas, terutama karena berkaitan dengan uang. Salah satu kriteria diagnostiknya adalah penggunaan uang yang semakin banyak untuk berjudi, terutama judi online.”
Kriteria diagnostik lain dari gangguan perjudian, yakni upaya berulang kali untuk berhenti berjudi yang gagal. Sejalan dengan informasi International Classification of Diseases (ICD) WHO, individu dengan gangguan perjudian sering melakukan upaya yang gagal dalam mengendalikan atau mengurangi perilaku bermain judi secara signifikan.
Individu dengan gangguan perjudian dapat meningkatkan jumlah uang yang dipertaruhkan dari waktu ke waktu untuk mempertahankan atau melampaui kesenangan atau menghindari kebosanan.
“Seseorang yang mengalami gambling disorder dapat menunjukkan gangguan substansial dalam pola makan, tidur, olahraga, dan perilaku terkait kesehatan lainnya yang berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental,” lanjut dr. Noriyu.
Selain itu, individu dengan gangguan perjudian dapat terlibat dalam perilaku curang untuk menyembunyikan kerugian mereka dari orang yang mereka cintai atau berusaha mendapatkan uang untuk membayar utang.
Beberapa individu dengan gangguan perjudian dapat terlibat dalam perilaku perjudian sebagai respons terhadap perasaan depresi, kecemasan, kebosanan, atau kesepian.
Informasi dari ICD WHO juga menyebutkan bahwa gangguan perjudian biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan akibat penggunaan zat (disorders due to substance use), gangguan suasana hati (mood disorder), gangguan kecemasan atau gangguan terkait ketakutan (anxiety or fear-related disorders), dan gangguan kepribadian (personality disorder).
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid
Umumnya hanya diketahui tiga wujud materi yaitu zat padat, zat cair, dan zat gas. Namun, ternyata ada satu lagi wujud zat yang tidak banyak diketahui yaitu materi plasma.
Serupa dengan materi lainnya, zat plasma ini ada di mana-mana secara alami. Misalnya, petir yang menyambar di langit saat musim hujan.
Melihat wujud petir, zat plasma memang terlihat nyaris serupa dengan gas. Hanya saja, ada perbedaan mendasar antara kedua zat tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumus Gas Ideal dan Gas Nyata
Dari keempat hukum di atas, kita bisa mendapatkan persamaan perhitungan gas ideal. Coba elo simak ilustrasi berikut ini:
Nah, dalam konsep gas ideal juga ada beberapa kondisi khusus yang perlu kita ketahui.
Periode Perang Narkoba
Abad ke-20 menyaksikan perang narkoba yang semakin memanas. Amerika Serikat, misalnya, memperkenalkan Undang-Undang Larangan Alkohol pada tahun 1920, yang mengakibatkan peredaran alkohol ilegal. Pada 1970-an, Presiden Richard Nixon meluncurkan Perang Narkoba, yang menjadi titik awal bagi upaya keras pemerintah untuk mengendalikan peredaran narkoba.
Limbah B3 Adalah Limbah yang Mengandung Zat-Zat Berikut Kecuali
Limbah B3 mengandung berbagai zat berbahaya yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Memahami jenis-jenis zat ini sangat penting untuk penanganan limbah B3 yang efektif.
Zat-zat berbahaya ini dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti cairan, padat, atau gas. Penanganan limbah B3 yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara, serta gangguan kesehatan bagi manusia dan ekosistem. Oleh karena itu, pengelolaan limbah B3 yang tepat sangat penting untuk melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Logam berat merupakan salah satu jenis zat berbahaya yang umum ditemukan dalam limbah B3. Logam berat memiliki sifat beracun dan dapat terakumulasi dalam tubuh manusia dan lingkungan. Beberapa contoh logam berat yang termasuk dalam limbah B3 adalah timbal, merkuri, kadmium, dan arsenik.
Logam berat dapat masuk ke dalam limbah B3 melalui berbagai proses industri, seperti penambangan, pengolahan logam, dan pembakaran bahan bakar fosil. Logam berat juga dapat ditemukan dalam limbah elektronik, limbah baterai, dan limbah medis. Limbah B3 yang mengandung logam berat dapat mencemari tanah, air, dan udara, serta menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan manusia dan ekosistem.
Pengelolaan limbah B3 yang mengandung logam berat sangat penting untuk mencegah pencemaran lingkungan dan melindungi kesehatan masyarakat. Logam berat dapat diolah melalui berbagai metode, seperti stabilisasi, solidifikasi, dan vitrifikasi. Selain itu, penerapan teknologi ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan pengganti dan proses produksi yang lebih bersih, juga dapat membantu mengurangi kadar logam berat dalam limbah B3.
Zat kimia beracun merupakan salah satu komponen utama limbah B3. Zat kimia beracun dapat berupa bahan kimia anorganik, seperti sianida dan logam berat, maupun bahan kimia organik, seperti pestisida dan pelarut. Zat kimia beracun dapat masuk ke dalam limbah B3 melalui berbagai proses industri, seperti produksi bahan kimia, pengolahan logam, dan pembuatan pestisida.
Zat kimia beracun dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak lingkungan dari zat kimia beracun meliputi pencemaran tanah, air, dan udara. Sementara itu, dampak kesehatan dari zat kimia beracun dapat berupa keracunan akut, gangguan kesehatan kronis, hingga kanker. Oleh karena itu, pengelolaan limbah B3 yang mengandung zat kimia beracun sangat penting untuk mencegah pencemaran lingkungan dan melindungi kesehatan masyarakat.
Pengelolaan limbah B3 yang mengandung zat kimia beracun dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti stabilisasi, solidifikasi, dan vitrifikasi. Selain itu, penerapan teknologi ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan pengganti dan proses produksi yang lebih bersih, juga dapat membantu mengurangi kadar zat kimia beracun dalam limbah B3.
Zat karsinogenik merupakan salah satu jenis zat berbahaya yang dapat memicu kanker. Zat karsinogenik dapat ditemukan dalam berbagai jenis limbah B3, seperti limbah industri, limbah medis, dan limbah pertanian.
Zat karsinogenik dapat berupa bahan kimia, seperti benzena dan formaldehida, maupun radiasi, seperti sinar-X dan sinar gamma.
Zat karsinogenik dapat berasal dari berbagai sumber, seperti asap rokok, polusi udara, dan makanan yang diolah dengan cara tertentu, seperti daging yang dipanggang atau diasap.
Zat karsinogenik bekerja dengan merusak DNA sel, yang dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor.
Zat karsinogenik dapat menyebabkan berbagai jenis kanker, seperti kanker paru-paru, kanker kulit, dan kanker payudara. Paparan zat karsinogenik dapat terjadi melalui menghirup, menelan, atau menyerap melalui kulit.
Pengelolaan limbah B3 yang mengandung zat karsinogenik sangat penting untuk mencegah pencemaran lingkungan dan melindungi kesehatan masyarakat. Penanganan limbah B3 yang mengandung zat karsinogenik harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, upaya untuk mengurangi penggunaan dan produksi zat karsinogenik juga perlu dilakukan untuk meminimalkan risiko paparan zat berbahaya tersebut.
Zat korosif merupakan salah satu jenis zat berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup. Zat korosif dapat ditemukan dalam berbagai jenis limbah B3, seperti limbah industri, limbah laboratorium, dan limbah rumah tangga.
Zat korosif memiliki sifat kimia yang sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan berbagai jenis bahan, termasuk logam, kulit, dan kain.
Zat korosif dapat berasal dari berbagai sumber, seperti asam kuat, basa kuat, dan bahan kimia oksidator.
Zat korosif dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti luka bakar, iritasi kulit, kerusakan mata, dan gangguan pernapasan.
Pengelolaan zat korosif harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Zat korosif harus disimpan dalam wadah khusus dan ditangani oleh petugas yang terlatih.
Zat korosif merupakan salah satu jenis zat berbahaya yang harus dikelola dengan baik untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pengelolaan zat korosif yang tepat dapat membantu mengurangi risiko terjadinya kecelakaan dan melindungi lingkungan serta kesehatan masyarakat.
Zat reaktif merupakan salah satu jenis zat berbahaya yang termasuk dalam kategori limbah B3. Zat reaktif memiliki sifat mudah bereaksi dengan zat lain, sehingga dapat menimbulkan bahaya kebakaran, ledakan, atau pelepasan gas beracun.
Zat reaktif umumnya memiliki sifat kimia yang tidak stabil, sehingga mudah bereaksi dengan zat lain, seperti udara, air, atau bahan organik.
Jenis zat reaktif sangat beragam, antara lain logam alkali, logam tanah alkali, hidrida, dan peroksida.
Contoh zat reaktif yang sering ditemukan dalam limbah B3 adalah natrium, kalium, kalsium karbida, dan hidrogen peroksida.
Zat reaktif dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, seperti kebakaran, ledakan, iritasi kulit, dan gangguan pernapasan.
Pengelolaan zat reaktif dalam limbah B3 sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Zat reaktif harus disimpan dalam wadah khusus dan ditangani oleh petugas yang terlatih. Selain itu, upaya untuk mengurangi penggunaan dan produksi zat reaktif juga perlu dilakukan untuk meminimalkan risiko paparan zat berbahaya tersebut.
Zat eksplosif merupakan salah satu jenis zat berbahaya yang termasuk dalam kategori limbah B3. Zat eksplosif memiliki sifat mudah meledak jika terkena panas, gesekan, atau benturan. Sifat ini disebabkan oleh reaksi kimia yang sangat cepat, menghasilkan pelepasan energi dalam jumlah besar.
Zat eksplosif banyak digunakan dalam berbagai kegiatan, seperti pertambangan, konstruksi, dan kemiliteran. Namun, penggunaan dan penyimpanan zat eksplosif harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Limbah dari kegiatan yang menggunakan zat eksplosif, seperti sisa bahan peledak, selongsong peluru, dan kembang api, termasuk dalam kategori limbah B3 karena mengandung zat eksplosif.
Pengelolaan limbah B3 yang mengandung zat eksplosif sangat penting untuk mencegah terjadinya ledakan dan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Limbah B3 yang mengandung zat eksplosif harus disimpan dalam wadah khusus dan ditangani oleh petugas yang terlatih. Selain itu, upaya untuk mengurangi penggunaan dan produksi zat eksplosif juga perlu dilakukan untuk meminimalkan risiko paparan zat berbahaya tersebut.
Zat beracun akut merupakan salah satu jenis zat berbahaya yang termasuk dalam kategori limbah B3. Zat beracun akut memiliki sifat dapat menyebabkan dampak negatif yang parah bahkan mematikan dalam waktu singkat setelah terpapar.
Zat beracun akut dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti kerusakan organ, gangguan sistem saraf, hingga kematian.
Contoh zat beracun akut yang umum ditemukan dalam limbah B3 adalah sianida, pestisida, dan logam berat tertentu.
Paparan zat beracun akut dapat terjadi melalui berbagai jalur, seperti menghirup, menelan, atau menyerap melalui kulit.
Limbah B3 yang mengandung zat beracun akut harus dikelola dengan sangat hati-hati untuk mencegah paparan dan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Pengenalan dan pengelolaan zat beracun akut dalam limbah B3 sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Dengan memahami sifat dan dampak zat beracun akut, kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meminimalkan risiko paparan dan memastikan penanganan limbah B3 yang aman dan bertanggung jawab.
Zat beracun kronis adalah zat berbahaya yang dapat menyebabkan dampak negatif pada kesehatan secara bertahap dan dalam jangka waktu yang lama. Paparan zat beracun kronis dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti menghirup, menelan, atau menyerap melalui kulit. Dampak kesehatan yang ditimbulkan dapat bervariasi tergantung pada jenis zat beracun, tingkat paparan, dan kondisi kesehatan individu.
Zat beracun kronis merupakan salah satu komponen penting dalam limbah B3. Limbah B3 adalah limbah yang mengandung zat berbahaya dan beracun bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Zat beracun kronis yang umum ditemukan dalam limbah B3 antara lain logam berat, bahan kimia organik persisten, dan senyawa radioaktif. Limbah B3 yang mengandung zat beracun kronis dapat berasal dari berbagai sumber, seperti industri, rumah sakit, dan laboratorium.
Pengelolaan limbah B3 yang mengandung zat beracun kronis sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Penanganan limbah B3 yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara, serta gangguan kesehatan bagi manusia dan ekosistem. Limbah B3 yang mengandung zat beracun kronis harus dikelola dengan hati-hati dan sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pengolahan, penyimpanan, dan pembuangan.
Zat mudah terbakar merupakan salah satu komponen penting dalam limbah B3. Limbah B3 adalah limbah yang mengandung zat berbahaya dan beracun bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Zat mudah terbakar yang termasuk dalam kategori limbah B3 adalah zat yang mudah terbakar pada suhu rendah dan dapat menghasilkan api atau ledakan. Contoh zat mudah terbakar yang umum ditemukan dalam limbah B3 adalah bensin, solar, dan pelarut organik.
Zat mudah terbakar dapat menjadi sumber bahaya kebakaran dan ledakan, terutama jika tidak ditangani dengan benar. Limbah B3 yang mengandung zat mudah terbakar harus dikelola dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya kebakaran atau ledakan. Selain itu, zat mudah terbakar juga dapat mencemari tanah dan air jika tidak dikelola dengan baik.
Pengelolaan limbah B3 yang mengandung zat mudah terbakar sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Limbah B3 yang mengandung zat mudah terbakar harus disimpan dalam tempat khusus yang aman dari sumber api dan panas. Limbah B3 juga harus diolah dan dibuang sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mencegah pencemaran lingkungan dan bahaya kebakaran.
Contoh benda padat
Bagaimana Fakta Zat Plasma?
Zat plasma adalah wujud yang terjadi akibat gas yang dipanaskan dengan temperatur yang sangat tinggi. Zat ini kadang juga disebut sebagai the fourth state of matter (perwujudan zat ke-4).
Dikutip dari Live Science, laboratorium Jefferson menyatakan bahwa bola-bola plasma yang sangat panas menjadi dasar bintang-bintang seperti matahari.
Plasma terdiri atas partikel bermuatan tinggi dengan energi kinetik yang sangat tinggi pula.
Keadaan plasma sering digunakan dalam pembuatan tanda bercahaya dengan mengionisasi gas mulia seperti helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon menggunakan listrik.
Lalu, apa saja contoh plasma? Berikut ini contoh yang dapat kamu pahami.
Wujud zat atau materi dapat berubah bentuk ketika terdapat perubahan suhu dan tekanan yang mendorong perubahan tersebut. Berikut ini jenis-jenis fase transisi atau perubahan bentuk materi.
Step 1: The part between N and M that should be heated first is the combustion tube. Step 2: In a combustion tube, the reaction between the substance (in this case, hydrogen) and the oxidizing agent (in this case, oxygen from the air) occurs when heat is applied. Step 3: The chemical equation for the reaction occurring in the combustion tube is: 2H₂ (g) + O₂ (g) → 2H₂O (g)
Sobat Zenius, kapan terakhir kali elo dateng ke pesta ulang tahun yang penuh dengan dekorasi balon?
Biasanya, di pesta-pesta yang penuh dekorasi balon, ada balon yang melayang dan ada balon yang diam di lantai. Balon yang melayang biasanya diisi helium dengan alat tertentu, sementara balon lainnya bisa jadi ditiup sendiri menggunakan mulut.
Elo, pernah ngerasa nggak sih, balon yang diisi dengan helium jauh lebih stabil daripada balon yang kita tiup sendiri. Balon dari helium bisa tahan beberapa hari, sedangkan balon yang kita tiup sendiri lebih rawan pecah, apa lagi kalau kita tiup balonnya hingga terlalu besar.
Perbedaan ini terjadi karena kondisi gas di kedua balon ini berbeda. Balon yang diisi dengan helium cenderung menunjukkan gas ideal, sedangkan balon yang kita tiup merupakan gas nyata.
Nah, dalam artikel ini gue akan membahas tentang gas ideal dan gas nyata. Gue akan membahas tentang pengertian gas ideal, perbedaannya dengan gas nyata, serta perhitungan-perhitungannya. Gue juga akan menguji pemahaman elo dengan contoh soal di akhir artikel ini. Simak artikel ini hingga akhir, ya!
Abad ke-19: Periode Penggunaan Massal Opium
Pada abad ke-19, penggunaan opium mencapai puncaknya di Cina. Praktik merokok opium menjadi epidemik di kalangan masyarakat Cina, yang mengakibatkan keruntuhan sosial dan ekonomi yang serius.